Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 25 Juni 2011

Review Sony GR-DA200

Khusus untuk Gaming
Perangkat ini cocok untuk Anda yang gemar berkomunikasi dengan kawan saat memainkan permainan model FPS.
Untuk yang gemar bermain game FPS (First Person Shooter) semacam Call of Duty atau Counter Strike, tentu sudah terbiasa mendengarkan percakapan penting selama pertempuran berlangsung. Nah, produsen Sony menawarkan headset seri DR-GA200 yang cocok untuk situasi seperti ini. Tampilan headset dengan tiga penampang telinga yang unik bertujuan memberi kenyamanan telinga saat bermain game dalam waktu lama.
Dengan driver model dome berukuran 40 mm, DR-GA200 menawarkan output audio yang mantap dan jelas dengan jangkauan luas. Keluaran audio yang cukup presisi juga memudahkan pengguna mengetahui suara musuh yang mendekat (atau mengetahui arah tembakan dalam game). Dengan demikian, kita bisa lebih bersiaga. Kerennya pula, sebuah boom microphone kompak berfeature noise-cancelling membantu pengguna berkomunikasi dalam jaringan dengan lebih jernih dan meminimalkan bising di sekitarnya.
Dengan perangkat ini penahan yang unik, bermain game dalam waktu lama akan terasa lebih nyaman dan terhindar dari sensasi panas yang biasa. Kualitas output audionya sendiri cenderung bagus meskipun terkesan ringan (kurang tajam), khususnya saat terjadi ledakan atau raungan mesin dalam game. Model open air di headset agaknya membuat output bisa terdengar oleh orang lain di dekatnya bila volume dinaikkan sedikitnya 50%. Bagaimana pun juga, headset ini memang memberikan pengalaman audio yang mengasyikkan bagi penggemar game.
(Deny Prasetyo)

Spesifikasi SONY GR-GA200
Tipe koneksi
3,5 mm
Rentang frekuensi
14–22.000 Hz
Impedansi
40 ohm
SPL
100 dB/mW
Panjang kabel
250 cm
Kontrol audio
Volume dan mic
Aksesoris
Tidak ada
Bobot
240 gram
Garansi
1 tahun
Situs Web
Harga kisaran*
US$95
* PT. Mantap Jaya Elektronik, (021) 6220-3061, Minggu pertama Februari 2011

Plus     : Desain menarik dan nyaman; suara cukup berkualitas; mic noise-cancelling.
Minus : Suara keluarnnya agak ringan.
Skor Penilaian
- Kinerja               : 4
- Fasilitas            : 4
- Kemudahan      : 4,5
- Harga                : 3,5
- Skor total          : 4

First Review BlackBerry PlayBook

Setelah digadang-gadang sekian lama, BlackBerry PlayBook akhirnya dirilis. Tablet andalan RIM tersebut resmi beredar di pasaran Amerika Utara pada 19 April 2011. Sayangnya untuk pasar Indonesia, belum jelas kapan PlayBook akan hadir. 

Namun pada akhir April kemarin, pihak RIM Asia Pasifik telah mengundang sejumlah wartawan termasuk InfoKomputer untuk menjajal kemampuan PlayBook tersebut. Didampingi Oliver Pilgerstorfer (PR Manager RIM untuk Asia Tenggara), kami pun sempat menjajal kemampuan tablet yang memiliki layar 7 inci tersebut.

Bicara layar, hal pertama yang menarik perhatian adalah kualitas layarnya yang prima. Layar dengan resolusi 1024x600 pixel tersebut mampu menampilkan gambar yang sangat tajam, detail, dan kaya warna. Kelebihan tersebut sangat kentara saat PlayBook memainkan sebuah film yang menampilkan birunya laut dan awan dengan sangat memukau. 

Yang juga perlu digarisbawahi, PlayBook mendukung video HD kelas 1080p dengan berbagai format seperti AVI, MP4, FLV, termasuk video yang dikonversi ke format High Profile 1080p. Bayangkan enaknya menikmati film definisi tinggi di tengah kemacetan atau sidang paripurna dengan layar yang keren tersebut. By the way, PlayBook juga menyediakan colokan HDMI sehingga kita bisa memutar video dari PlayBook ke televisi.

Kami juga sangat menyukai bentuknya yang ringkas dan ringan. Secara dimensi, ukuran 13x 19,4 cm dan tebal 1 cm mungkin terlalu besar untuk masuk ke saku celana atau jas. Namun dengan bobot yang hanya 425 gram, PlayBook sepertinya tidak akan menjadi bagian merepotkan saat masuk ke tas kerja. Bagian belakang PlayBook sendiri terbuat dari material karet sehingga lebih kokoh digenggam tanpa mudah terasa licin. Jadi jika dibandingkan iPad, PlayBook unggul dari sisi portability.

Kelebihan lain yang coba ditonjolkan PlayBook adalah kemampuan mulitasking, dan Oliver menunjukkannya dengan sangat bangga. Ia contohkan bagaimana PlayBook bisa menjalankan berbagai aplikasi secara bersamaan, mulai dari browser, video, musik, dan aplikasi lainnya. Kami coba menjalankan sampai 10 aplikasi secara bersamaan dan PlayBook bisa menjalankannya tanpa masalah.

Menariknya, aplikasi yang berjalan di latar belakang bisa kita lihat prosesnya saat membuka jendela multitasking. Contohnya begini. Kita sedang menjalankan sebuah video lalu terpikir untuk membuka browser. Saat browser aktif, video tersebut tetap berjalan. Lalu kita membuka jendela multitasking, yang memperlihatkan thumbnail alias jendela kecil berisi browser dan video yang tadi kita putar.

Nah, di jendela multitasking tersebut, kita bisa melihat video tetap berjalan—mirip seperti kita memencet Alt-Tab di Windows 7. Hal tersebut tidak bisa dilakukan Android dan iOS, jadi demonstrasi tersebut menunjukkan bagaimana efektifnya PlayBook menjalankan multitasking.

Keunikan lain dari PlayBook adalah bezel alias area di pinggiran layar memiliki peran tersendiri. Contohnya jika ingin membuka jendela  mulitasking, kita tinggal gerakkan jari dari bezel bagian bawah ke atas. Jika ingin menutup aplikasi, kita tinggal geser jendela aplikasi ke bezel bagian atas. Sedangkan bezel kanan dan kiri berfungsi untuk berpindah ke aplikasi lain tanpa harus membuka jendela multitasking. Bahkan mengaktifkan keyboard pun bisa dilakukan dengan menggerakkan jari dari bezel pojok kiri ke tengah layar. Pendekatan ini menurut kami sangat efektif dan praktis meniadakan kebutuhan tombol fisik.

PlayBook sendiri memiliki toko aplikasi sendiri dan berbeda dengan App World untuk ponsel BlackBerry. Ditanya soal kesediaan aplikasi untuk PlayBook, Oliver mengaku memang saat ini belum banyak, namun ke depannya akan sangat cerah. Pasalnya, aplikasi PlayBook dapat dibuat dengan berbagai bahasa pemograman, seperti C/C++, Adobe Air, HTML5, dan JavaScript. “Bahkan PlayBook bisa menjalankan aplikasi Android” ungkap Oliver. RIM akan menyediakan semacam aplikasi virtualisasi yang akan menjalankan aplikasi Android di atas sistem operasi PlayBook. 

Ironisnya, dari semua demontrasi yang Oliver lakukan, tidak satu pun menyangkut email yang selama ini menjadi kekuatan BlackBerry. Ternyata, di sinilah “kelemahan” PlayBook: tidak adanya aplikasi email, kontak, maupun kalender. Satu-satunya mengakses data tersebut adalah dengan melakukan pairing dengan ponsel BlackBerry (yang RIM sebut dengan BlackBerry Bridge). Jika sudah terhubung, semua email dapat yang ada di ponsel BlackBerry dapat dilihat di PlayBook. Namun ketika pairing itu terputus, data tersebut hilang dari PlayBook. PlayBook juga tidak memiliki koneksi 3G, sehingga koneksi ke internet harus mengandalkan WiFi atau pairing  via BlackBerry Bridge.

Kesimpulan

Meski hanya menjajalnya sebentar, penilaian kami terhadap BlackBerry PlayBook membumbung tinggi. Dengan kualitas layar, portability, dan kemudahan pakai yang jempolan, PlayBook bisa menjadi tablet ideal bagi banyak orang. Sayangnya, PlayBook belum menyediakan aplikasi khusus email yang sebenarnya menjadi andalan BlackBerry selama ini. 

Selain tanggal pasti, Oliver juga tidak berani menyebutkan harga resmi PlayBook di Indonesia. Namun sebagai gambaran, di pasaran Amerika Serikat, PlayBook dijual dengan harga US$499 (16GB), US$599 (32GB), dan US$699 (64GB). Kita tunggu saja kiprah PlayBook di Indonesia. (Wisnu Nugroho)

Spesifikasi Penting BlackBerry Playbook

Layar
7 inci, 1024x600 pixel
Fasilitas
WiFi, Bluetooth, GPS, Mini HDMI, accelerometer, Gyrpscope, Magnetometer
Sistem Operasi
Playbook OS (berbasis QNX)
Kamera
5MP 1080 HD Video (belakang), 3 MP 1080 HD Video (depan)
Kapasitas
16GB, 32GB, 64GB
Dimensi/Bobot
130x19,4x1 cm/425 gram
Harga (untuk pasar AS)
US$499 (16GB), US$599 (32GB), dan US$699 (64GB)

Kamis, 16 Juni 2011

Preview Linux Ubuntu 11.10

Perkembangan OS Ubuntu Linux boleh dikatakan paling cepat di bandingkan dengan OS-OS yang lain. Hal ini karena schedule tetap dari Canonical yang konsen merilis OS Linux terbaru pada setiap bulan April yang dapat di ketahui dari kode release "04" dan Oktober dengan kode release "10". Di samping itu karena kontribusi interaksi pengguna Ubuntu di dunia yang aktif juga sangat menunjang pengembangan OS Open Source ini, sehingga penyempurnaannya terasa paling cepat.
Tahun ini setelah release ubuntu 11.04, Mark Shuttleworth, pengembang OS Ubuntu memperkenalkan versi terbaru Ubuntu 11.10 dengan kode nama "Oneiric Ocelot" si kucing liar mexico, dijadwalkan untuk rilis pada 13 Oktober 2011.

Nantinya Ubuntu 11.10 akan memiliki 3 macam rilis Alpha, 1 rilis Beta, dan Release Candidate serta rilis Final  berikut ini jadwal rilis Ubuntu 11.10

2 Juni 2011 – Alpha 1
30 June 2011 – Alpha 2
4 Agustus 2011 – Alpha 3
1 September 2011 – Beta
6 Oktober  2011 – RC

Dan ini yang baru dari Ubuntu 11.10
Ubuntu 11.10 Desktop features:
· Linux kernel 2.6.40;
· GNOME 3;
· GTK 3;
· LightDM as default login manager;
· X.org 1.10;
· Unity improvements and bug fixing;
· Unity usability, accessibility, automated and stress testing;
· Mozilla Thunderbird as the default mail client (Alpha 3);
· Utilities for building localized CD’s;
· FeatureFreeze was moved after Alpha 3;
· Backports package selection was integrated into the UI;
· Improvements to Software Center’s Reviews and Ratings functions;
· Improved multiarch;
· Python will be updated to version 2.7 and 3.2;
· New artwork!

Ubuntu 11.10 Server features:
· Orchestra enhancements;
· OpenStack will be used for Ubuntu Enterprise Cloud;
· MySQL 5.5;
· Percona Server;
· MariaDB;
· Jenkins;
· Ensemble (PPA);
· Cloudera Hadoop;
· Automated testing of server installs.

Ubuntu OS
ubuntu OS

Sabtu, 11 Juni 2011

Acer Aspire 5750G , Intel Core i7-2630QM Processor , DVD-Super Multi DL drive

Post image of Acer Aspire 5750G , Intel Core i7-2630QM Processor , DVD-Super Multi DL drive
Product Specifications of Acer Aspire 5750G
Acer Aspire 5750G , Intel Core i7-2630QM Processor , DVD-Super Multi DL
Introducing the Acer Aspire 5750G Notebook The Acer Aspire Series offers a diverse range of notebooks that give you the performance, graphics and communication tools to step up your digital entertainment, complete your daily computing tasks, and stay in touch with everyone you know, whether you’re at home or away.
The Acer Aspire 5750G notebook gives you the power and resources you’ll need to complete all of your daily computing, including multitasking, enjoying the best digital media from the internet, and communicating with friends and colleagues all over the world. Featuring a second-generation Sandy Bridge Intel Core i7 processor and powerful nVidia GeForce GT540M graphics, you’ll be able to enjoy smooth HD media playback and richer entertainment at home or on the road. What’s more, the Acer FineTip keyboard and multi-gesture touchpad provide simple usability for more relaxed computing.

Brand: Acer
Mfr Part Number: LX.RCF02.109
Size: 4 GB
Processor Type: Intel Core i7
Hard Size: 640 GB
Operating System: Windows 7 Edition Home Premium
Screen Size: 15.6 inches
Technical Details of Acer Aspire 5750G
IntelCorea„¢ i7-2630QM Processor
N12PGS graphics card with 1G-DDR3 (64*16*8)
4 GB , 640 GB HDD (5400 Rpm)
DVD-Super Multi DL
Windows
7A® Home Premium 64-bit

 

Jumat, 10 Juni 2011

Motherboard ASUS Dukung CPU AMD AM3+























Setelah beberapa waktu lalu meluncurkan motherboard untuk prosesor Intel Sandy Bridge, kali ini giliran prosesor AMD terbaru dengan chipset 990FX/990X/970 dan CPU AM3+ yang didukung ASUS.

Sebagai catatan, ASUS adalah perusahaan pertama yang memproduksi motherboard yang mendukung kompatibilitas untuk AM3+. Motherboard terbaru ini juga menjadi platform berbasis chipset AMD pertama yang mendukung teknologi multi-GPU AMD CrossFireX dan NVIDIA SLI.

Motherboard M5A99/97 Series
 
Motherboard M5A99/97 Series dilengkapi teknologi eksklusif ASUS Dual Intelligent Processor (DIP), terdiri atas TurboV Processor Unit (TPU) dan Energy Processor Unit (EPU). Terdapat pula pilihan DIP2 dengan teknologi DIGI+ VRM yang dilengkapi dengan TPU dan EPU.

Distribusi daya DIGI+ VRM memungkinkan pengguna melakukan penyesuaian secara presisi dan mengendalikan pengaturan daya secara digital untuk kendali daya presisi dan peningkatan sistem lebih fleksibel, sehingga dengan sempurna memberikan kebutuhan daya sesuai kebutuhan CPU AM3+ terbaru.

Kendali daya digital berbeda dengan kendali daya analog karena tidak ada lagi jeda konversi digital-to-analog, sehingga membantu meningkatkan kemampuan overclocking. Hal memungkinkan kemudahan dan fleksibilitas penyesuaian dan pengaturan aliran daya lebih presisi, juga termasuk kendali daya DRAM ekstra pada platform AMD.

Teknologi ini merupakan distribusi daya paling presisi yang tersedia, memberikan yang terbaik di kelasnya dalam hal efisiensi daya, kinerja, dan stabilitas sekaligus membantu memaksimalkan potensi overclocking secara keseluruhan.

Selain itu motherboard M5A99/97 Series juga dilengkapi antarmuka menu UEFI BIOS yang intuitif. UEFI BIOS memungkinkan pengguna mengendalikan dan menyesuaikan pengaturan BIOS mereka melalui antarmuka dengan menggunakan mouse untuk navigasi lebih mudah digunakan. Pilihan EZ Mode juga memberikan opsi urutan booting secara drag-and-drop, untuk pengaturan boot yang lebih mudah.


Motherboard SABERTOOTH 990FX

Tambahan produk terbaru pada jajaran motherboard TUF Series adalah SABERTOOTH 990FX, dan merupakan produk motherboard berbasis AMD pertama pada motherboard TUF Series. 

Sudah begitu dikenal karena kualitas dan keandalan yang tak tertandingi dalam kondisi ekstrim, SABERTOOTH 990FX dilengkapi CeraM!X, material pendingin eksklusif aerospace-grade dengan area pendinginan 50% lebih luas, secara efektif menjauhkan panas dari komponen utama sistem.

Fitur tambahan lain adalah teknologi ASUS Thermal Radar, terdiri atas 10 sensor yang tersebar pada berbagai komponen utama, memungkinkan pengguna mengawasi setiap komponen dan secara otomatis menyesuaikan kecepatan kipas untuk memastikan sistem selalu dalam tingkat stabilitas tinggi dan terbebas dari panas yang berlebih.

Motherboard TUF juga terbuat dari komponen TUF khusus bersertifikat standar militer, terdiri dari alloy choke, solid state capacitor, dan MOSFET solid untuk stabilitas dan ketahanan sistem terbaik dalam kondisi penggunaan paling ekstrem sekalipun.

Mengenal IPv6

 IP versi 4 habis! Begitu judul yang menghias banyak kanal berita. Bulan Februari kemarin, IANA (lembaga yang mengatur penggunaan IP di seluruh dunia) memang sudah tidak memegang alamat IPv4 lagi.
Semua slot sudah dibagikan ke seluruh dunia melalui koordinator tiap benua. Jika slot di koordinator tiap benua itu habis juga, berarti IPv4 resmi ludes.
Apakah berarti ini “kiamat” bagi dunia internet? Sebenarnya tidak juga. Sejak tahun 1999, telah terbentuk forum yang bertugas membuat standar baru yang disebut IP versi 6 (IPv6). Ketika IPv4 habis, kita tinggal pindah ke IPv6. Cuma karena yang “pindah” adalah seluruh infrastruktur internet, prosesnya terbilang ribet dan membutuhkan dana yang tidak sedikit. 
Namun untuk masa depan yang lebih baik, kita semua memang harus pindah ke IPv6. Bahkan untuk mendorong gerakan itu, besok akan diadakan hari IPv6. Bagi Anda yang masih belum memahami soal tersebut, inilah sekelumit penjelasan soal Internet Protocol serta kelebihan yang ditawarkan IPv6.

Apa itu Internet Protocol?
Internet Protocol (IP) adalah standar yang mengatur bagaimana dan lewat mana paket informasi dikirim dari jaringan internet maupun intranet. Agar paket data sampai ke tujuan yang benar, tiap perangkat yang terhubung ke internet harus memiliki alamat IP (IP Address) yang unik. Jika ada dua perangkat memiliki IP yang sama, maka akan terjadi yang disebut “IP Conflict” karena paket akan bingung mau mengarah ke mana.

Apa Masalah IPv4?
Ketika dibuat tahun 1981, IP versi 4 mengunakan 32-bit alamat, atau “hanya” sekitar 232 (4,3 milyar) alamat. Dari jumlah itu, sekitar 18 juta alamat digunakan untuk private network dan 270 juta untuk multicast adresses, sehingga tidak bisa digunakan untuk publik. Sebenarnya jumlah yang tersisa masih sangat banyak, namun lebih banyak lagi perangkat yang terhubung ke internet. Alhasil, alokasi alamat yang dimiliki IPv4 sudah tidak mencukupi lagi. Karena itulah kita membutuhkan IP versi 6 yang memiliki lebih banyak alamat.

Kapan Alamat IPv4 akan Habis?
Tergantung area, tapi setidaknya 1 sampai 3 tahun lagi. Ribut-ribut kemarin lebih disebabkan APNIC (organisasi yang mengatur penggunaan IP di Asia Pasifik) telah meminta dua tambahan blok IP Address ke IANA (yang mengatur penggunaan IP sedunia). Permintaan tersebut menyebabkan blok IP Address yang tersisa tinggal 5 (satu blok memiliki 16,8 juta alamat). Sesuai peraturan, jika blok IP yang tersisa tinggal lima, maka harus langsung dibagi ke 5 pengurus IP di tiap benua. 
Seberapa lama IP Address itu akan habis tergantung laju penggunaan internet di benua tersebut. Benua dengan laju penggunaan internet cepat seperti Asia Pasifik atau Amerika Utara mungkin dapat menghabiskan blok yang tersisa dalam tempo 1 tahun. Namun bagi benua yang penetrasi internetnya sudah meluas seperti Eropa, atau yang penetrasi internetnya masih lambat seperti Afrika dan Amerika Latin, waktu yang tersisa bisa tahunan.

Jadi IPv4 benar-benar habis?
Sebenarnya masih ada beberapa blok di luar sana yang tidak terpakai. Bahkan menurut John Heideman, peneliti dari University of Southern California, penggunaan IPv4 sebenarnya hanya 14%. Namun agak sulit menarik kembali IP Address yang sudah terlanjur tersebar. Sumber permasalahannya terjadi awal perkembangan internet, ketika pembelian alamat IPv4 cuma terbagi dalam 3 pilihan blok: /8 (16,7 juta alamat), /16 (65 ribu alamat), dan /24 (256).  Bagi perusahaan atau universitas yang membutuhkan (misalnya) 67 ribu IP Address, mereka mendapatkan satu blok /8 sejumlah 16,7 juta alamat.
Beberapa pihak seperti Universitas Stanford atau Departemen Pertahanan AS telah dengan sukarela mengembalikan IP Address yang tidak mereka gunakan. Namun masih banyak pihak seperti MIT, IBM, Apple, AT&T, atau Ford Motor yang belum menentukan sikapnya. Pihak ARIN bisa saja meminta mereka mengembalikan jatah itu, namun mengingat populasi IPv4 yang kini terbatas, pemilik IPv4 tersebut bisa saja menjadikannya sebagai aset berharga. Bahkan belakangan tersembul kabar beberapa pihak yang masih memiliki blok IPv4 menjualnya dengan harga tinggi.

IPv6 bisa mengatasi keterbatasan alamat tersebut?
Iya, karena kapasitas pengalamatan ini naik dari 32-bit menjadi 128-bit (2128) atau tepatnya 340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456 alamat IP. Di masa datang alamat sebanyak itu mungkin juga akan habis, namun setidaknya situasi terkendali sampai ratusan tahun dari sekarang. 
Sistem pengalamatannya IPv6 sendiri menggunakan delapan kelompok kuartadesimal yang dipisahkan titik dua. Ini berbeda dengan sistem pengalamatan IPv4 yang menggunakan empat kelompok tridesimal. 
IPv4 192.168.0.1
IPv6 2001: cdba: 0000:0000:0000:0000:3257:9652

Wah, Beda Banget ya?
Iya. Secara nama beda, secara teknologi pun berbeda. Itulah mengapa kedua protokol ini tidak saling kompatibel. Komputer yang ber-IPv4 tidak dapat menemukan mail server ber-IPv6, begitu pula sebaliknya.
Namun bukan berarti internet akan macet. Paket yang dikemas dalam sistem IPv6 bisa dikemas ulang menjadi paket IPv4 sehingga komunikasi data tetap bisa terjadi. Namun cara ini tentu saja merepotkan dan boros sumber daya, sehingga berpotensi menurunkan kecepatan internet secara signifikan. Karena itu, cara terbaik adalah semua orang pindah ke IPv6. 
Oke, saya akan migrasi ke IPv6. Bagaimana caranya?
Untuk mengadopsi IPv6, dibutuhkan dukungan hardware maupun software. Di sisi end-product alias perangkat yang kita gunakan sehari-hari, relatif tidak ada masalah. Mayoritas kartu jaringan di dalam komputer, notebook, maupun smartphone masa kini telah mendukung IPv6. Begitu pula di sisi software. Windows sejak generasi XP Service Pack 1 sudah mendukung IPv6, begitu pula Mac OS X versi 10.2 dan semua distro Linux.
Akan tetapi, masalah mulai rumit ketika menyentuh perangkat akses internet, seperti modem Anda. Mayoritas modem yang diberikan penyedia jasa internet belum mendukung IPv6, sehingga harus diganti atau di-upgrade. Di sisi backbone, permasalahan lebih pelik lagi. Server, router, load-balancer, dan semua node harus diganti agar mendukung IPv6.
Jadi inti permasalahan bukan di sisi pengguna biasa, namun di sisi infrastruktur. Karena besarnya usaha dan investasi yang harus dikeluarkan, proses migrasi ini bisa berlangsung tahunan. 

Jadi, industri belum siap?
Siap tidak siap, kita harus pindah. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jepang, China, dan Korea Selatan juga sudah melakukan beberapa kebijakan untuk mendorong percepatan migrasi IPv6. 
Dan pada tanggal 8 Juni 2011 besok, diadakan Hari IPv6 sedunia. Agenda besarnya adalah melakukan uji coba IPv6 selama 24 jam. Perusahaan yang ikut serta antara lain Google, Facebook, Yahoo, Akamai, dan Limelight Networks. Mudah-mudahan, langkah ini bisa mendorong industri untuk bermigrasi ke IPv6.

Rabu, 01 Juni 2011

Kaspersky Antivirus 2012 Hadir Bulan Agustus

Kaspersky Antivirus 2012 Beta (gambar: megaleecher.net)
Kaspersky Antivirus 2012 Beta (gambar: megaleecher.net)
JAKARTA - Vice President dari PT. Nusantara Utama Technology, selaku distributor produk Kaspersky untuk segmen konsumer maupun enterprise, mengatakan bahwa software anti virus Kaspersky 2012, akan hadir pada bulan Agustus tahun ini.

"Dua atau tiga bulan lagi bakal ada versi terbaru dari produk Kaspersky terbaru, yakni Kaspersky Antivirus 2012," ungkap Michael Ong, Vice President dari PT. Nusantara Utama Technology, di Jakarta, Rabu (1/6/2011).

Michael Ong mengatakan bahwa nantinya pembeli Kaspersky Antivirus 2012 akan mendapat jatah untuk mengikuti undian berhadiah yang diselenggarakan oleh Nusantara Utama Technology selaku distributor produk tersebut.

Peluncuran Kaspersky Antivirus 2012 juga masuk dalam Kampanye Keamanan Kaspersky, yang merupakan program promosi yang dilakukan oleh Nusantara Utama Technology untuk mendukung produk Kaspersky untuk segmen konsumer.

Program Kampanye Keamanan Kaspersky sendiri akan dimulai pada bulan September 2011 sampai bulan Agustus 2012.

"Program promosi ini akan berlangsung selama satu tahun, untuk seluruh kota besar di Indonesia," kata Michael.

Michael Ong mengatakan bahwa Kaspersky menargetkan untuk memproduksi sekira 100 ribu unit produk (dari seluruh kategori) untuk segmen konsumer di Indonesia, tiap bulannya.
(ATA)

Sabtu, 21 Mei 2011

ScanSnap N1800: Pemindai Dokumen Berbasis Awan

Pemindai dokumen (scanner) berbasis awan baru kali ini dibesut Fujitsu.
Adalah ScanSnap N1800, mesin pemindai dokumen jaringan yang diklaim sebagai yang pertama dalam menawarkan feature koneksi ke berbagai layanan Awan, seperti Salesforce CRM, Google Docs, dan Evernote.  
Dalam bekerja, pemindai ini akan memadukan fungsi melalui kemudahan pemakaian. Alhasil, proses pemindaian dan bagi pakai dokumen berlangsung secara mulus tanpa persiapan yang rumit. 
ScanSnap N1800 ini memiliki fungsi yang lengkap sehingga dikenal lebih hemat biaya karena di sini pengguna tak perlu membeli peranti keras tambahan. Jadi, pengguna cukup menekan satu tombol untuk memulai proses pemindaian sehingga mempercepat digitalisasi dokumen guna memudahkan akses informasi dalam perusahaan.
Pemindai berdimensi 300 x 226 x 172 (mm) ini juga sudah dilengkapi dengan Installation Wizard untuk memudahkan pemasangannya di lingkungan perkantoran. Untuk fungsi administrasi, akan berguna dalam mengelola dan mengatur jaringan yang terdiri dari banyak ScanSnap N1800, hanya dari satu konsol. Demikian juga dengan panel sentuh dan pengaturan pemindaian yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan khusus pengguna atau kelompok pengguna sehingga lebih optimal dalam mendukung aktivitas pekerjaan.
“Inovasi Fujitsu dalam solusi dokumen membawa konsep ideal bekerja secara efisien dan efektif menjadi suatu kenyataan. ScanSnap N1800 memungkinkan pengguna memindai dan menggunggah dokumen ke atas Awan dan mengakses data digital dari mana saja melalui satu sentuhan. Hal ini sangat memudahkan dalam berbagi pakai informasi,” ucap Raymon Firdauzi (Country Head Platform Product Fujitsu Indonesia).
“ScanSnap N1800 ini akan memperkuat posisi Fujitsu sebagai pemimpin pasar mesin pemindai dokumen di Indonesia sejak semester kedua 2009, baik dalam hal volume maupun pendapatan,” imbuh Raymon.
Berbagai feature yang ditawarkan ScanSnap di antaranya:
  • Berbagi-pakai dokumen dengan mudah
  • Fungsi-fungsi otomatis [yang] mempercepat pemindaian
  • Transmisi data secara aman
  • Pemindaian yang cepat dan akurat
  • Indexing Cerdas
Saat ini, ScanSnap N1800 mematok harga US$2070 dan sudah tersedia di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina dan India.
Sumber : www.infokomputer.com